Penciptaan Alam Semesta Langit dan Bumi (Perspektif Islam)

penciptaan-alam-semsta
Dalam Al Qur’an Allah ta’ala menjelaskan bagaimana proses penciptaan langit dan bumi dengan sangat jelas dan rinci. Yang kemudian dibuktikan kebenarannya dengan pemahaman ilmu pengetahuan modern. Al Qur’an dan juga Sunnah (al-hadits)- satu satunya sumber otentik yang dipercaya umat Islam. Adapun teori-teori yang kemudian dicetuskan oleh para ilmuan barat, semuanya dikembalikan lagi kepada Al Qur’an. Jika sesuai maka dapat diambil, namun jika berbeda maka Al Qur’an lebih harus tetap di dahulukan.

Alkisah, Allah menciptakan langit dan bumi selama enam hari. Dimulai dari hari ahad (minggu) dan berakhir dengan hari jum’at. Dengan alasan ini jugalah hari jum’at menjadi hari raya bagi umat Islam (sumber: Al bidayah wan nihayah (1/16)). Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam hari, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy…” (Qs. As Sajadah : 3). "Arsy"sebagian penafsir menafsirkannya sebagai singgasana Allah SWT.

Pemahaman akan kurun waktu yang digambarkan menjadi perdebatan, bahkan para ulama berbeda pendapat mengenai enam hari dalam penciptaan langit dan bumi. Mayoritas ulama menyatakan bahwa yang dimaksud dengan enam hari adalah ukuran hari hari biasa. Adapun pendapat yang lain menyatakan bahwa enam hari yang dimaksud disitu berbeda dengan hitungan hari-hari sebagaimana biasanya, melainkan setiap harinya bisa seperti 1000 tahun hari-hari biasa (sumber: Lihat Al Bidayah Wan Nihayah, (1/16))

Bumi dalam penciptaanya lebih di dahulukan sebelum penciptaan langit. Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah (yang artinya), Dia-lah Allah, yang menciptakan segala yang ada di bumi untuk kamu kemudian Dia naik ke atas dan menjadikan tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Al Baqoroh : 29)

Karena hal ini diibaratkan sebagai sebuah bangunan, pondasi atau asas (dasar) dibuat terlebih dahulu sebelum atap. Maka bumi adalah asas atau pondasi dan langit adalah atapnya (sumber: Al bidayah wan nihayah (1/17)) Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Allah-lah yang menjadikan bumi bagi kamu tempat menetap dan langit sebagai atap” (Qs. Ghofir : 64).

Langit diciptakan dengan tujuh tingkatan atau lapisan. Begitu juga dengan bumi. Meskipun kata bumi selalu disebutkan dalam bentuk tunggal dalam Al Qur’an. Berbeda dengan kata langit yang seringkali disebutkan dalam lafadz (bentuk kata) jamak. Namun ada sebuah ayat yang menunjukan bahwa bumi pun mempunyai tujuh lapis sebagaimana langit. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.” (Qs. At Tholak : 12).
Dan juga dikuatkan dengan sabda RasulullahShallallahu ‘Alaihi Wasallam, “Barangsiapa berbuat kezaliman (menyerobot tanah orang lain meski hanya) sejengkal tanah, maka Allah akan menimbunnya dengan tujuh lapis bumi" (sumber: HR. Bukhori No. 2453 dan Muslim No. 1611)

Kemudian Allah memisahkan keduanya yakni antara langit dan bumi, sehingga angin pun bertiup, hujan pun turun, tumbuhlah bermacam-macam tumbuhan, gunung gunung ditancapkan ditempatnya, Allah menjadikan makhluk ciptaan berpasang-pasangan, diciptakannya kehidupan dari air, diciptakannya matahari sebagai penerang, dan bintang bintang serta rembulan sebagai hiasan. Semua itu bukti kebesaran Allah ta’ala (sumber:  Lihat Al Bidayah wan Nihayah (1/17))

Jarak antara langit dan bumi mencapai lima ratus tahun perjalanan. Begitu juga dengan jarak antara satu lapisan langit dengan lapisan selanjutnya. Disebutkan dalam hadits riwayat Abbas bin Abdul MutthalibRadhiyallahu ‘anhu berkata, RasulullahShallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Tahukah kalian berapa jarak antara langit dan bumi? Kami berkata, “Allah dan RosulNya lebih mengetahui”, kemudian beliau bersabda, “Jarak keduanya adalah perjalanan lima ratus tahun, dan antara satu langit dengan langit selanjutnya perjalanan lima ratus tahun, dan tebal setiap langit adalah perjalanan lima ratus tahun, dan diantara langit ketujuh dengan arsy ada laut yang jarak antara dasar dan atasnya adalah seperti jarak antara langit dan bumi, dan Allah diatas itu semua, tidak tersembunyi baginya amalan manusia…." (Sumber:  HR Abu Dawud (4723) Tirmidzi (3320) dan Ibnu Majah (193))


Tanggapan orang yahudi mengenai penciptaan langit dan bumi yang diyakini umat Islam.
Orang Yahudi mencela Allah atas konsep penciptaan langit dan bumi. Mereka beranggapan Allah ta’ala selesai menciptakan langit dan bumi di hari jum’at dan beristirahat di hari Sabtu (sumber: Lihat tafsir Ibnu Katsir atas ayat 38 dari surat Qof). Mereka beranggapan bahwa Allah ta’ala kelelahan setelah menciptakan langit dan bumi sehingga memerlukan waktu untuk istirahat, Maha Suci Allah atas apa yang mereka tuduhkan.

Allah pun menjelaskan dalam hal ini Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan sesungguhnya telah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, dan Kami sedikitpun tidak ditimpa keletihan” (Qs Qaf : 38).
Allah ta’ala adalah dzat yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Jika Allah berkehendak, maka bisa saja langit dan bumi diciptakan dengan sekejap. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: “Jadilah!” maka terjadilah ia.” (Qs. Yasin : 82).
Namun Allah memiliki Nama Al Hakim; yang artinya Maha Bijaksana. Semua ketentuan dan ketetapan Allah mengandung hikmah. Dengan proses penciptaan langit dan bumi menunjukan bahwa segala sesuatu membutuhkan proses. Dengan ini manusia seharusnya memahami akan pentingnya proses dan belajar bersabar.

Post a Comment

0 Comments
* Mohon Jangan Spam Disini. Semua Komentar ditinjau oleh Admin

News

iklan banner