Asia Timur Raya dan Rasa Lapar Yang Meradang

Jepang-Menjajah-indonesia-35th

Kutipan menarik yang diambil dari majalah bergambar dua mingguan "Djawa Baroe terbitan 1 Maret 2604 Showa atau 1944 Masehi", sebagai awal tulisan yang berjudul Kissah Pendaratan Balatentara Nippon Ditanah Djawa – Riwajat Belanda moelai dan tammat di Banten. Dalam tulisan ini, dikisahkan tentang daratan pasukan Jepang lainnya di Cretan dan Jawa Timur, hingga menyerahnya tentara Belanda.
"Pertaroengan diteloek Banten Mengandoeng Sedjarah. kedjadian ini tidak diloepakan oenteok selama-lamanja. Saat itoelah pada tg. 1 Maret 2602 Balatentara Dai Nippon mendarat dan menamatkan riwajat para penindasan Belanda, Jang dimoelai oleh C.v Houtman pada 3 abad jang laloe. Rakjat menjamboet kedatangan Balatentara Nippon dengan gembira. Ternjata pendaratan hingga sekarang pendoedoek Banten-Sju bekerja giat bersama Balatentara."

"…Dengan Tergesa-gesa Tjarda dan Ter Poorten lari e Kalidjati, hendak menemoei Panglima Balatentara Nippon. Maksoednja Menjatakan tidak tahan lagi berperang melawan Balatentara Nippon jang gagah berani itoe. Mereka hendak menjerah tidak memakai perdjandjian apa-apa. Balatentara Nippon melihat kedoea pahlawan Belanda ini merasa sangat kasihan dan menerima penjerahan nereka. Dengan perasaan sedih dan menjesal akan kekeliroean sendiri, maka Tjarda dan Ter Poorten keloear dari ,goeboek ketjil—tempat permoesiawaratan di Kalidjati dengan keinsafan, bahwa mereka terdieroemoes oleh Sekoetoenia, Inggeris-Amerika, jaitoe : “Memakloemkan perang pada Dai Nippon dengan tidak tahoe apa maksoednja !”
Sejak itulah Jepang mulai berkuasa di Indonesia, salah satu negeri di Selatan atau Nanyo yang sudah lama diincarnya, baik karena kekayaan sumber alamnya maupun letaknya yang sangat strategic dan menentukan urat nadi jalur perniagaan internasionalnya. Mengingat invasi Jepang terhadap Hindia Belanda yang dilakukan oleh kekuatan gabungan AL dan AD (Tentara ke-16) yang dipimpin Letjen Hitoshi Imamura, maka begitu sejummlah wilayah ini berhasil didudukinya, langsung dibagi ke dalam dua kekuasaan. AL atau Kaigun menguasai wilayah Kalimantan dan semua wilayah Indonesia bagian timur, sementara wilayah Jawa Madura Berta Sumatra diserahkan kepada Rikugun atau AD.

Wilayah Indonesia sejatinya berada di bawah Komando Selatan yang berpusat di Saigon, Vietnam. Dengan pimpinannya yaitu Marsekal (Darat) Hisaichi Terauchi, yang tugasnya adalah mengawasi operasi militer Jepang di berbagai wilayah pendudukannya di Asia Tenggara. Dengan kekuasaan nyata di tangan militer, baik dari AD maupun AL, maka sistem pemerintahan pada masa pendudukan Jepang baik di Indonesia maupun wilayah lain di Asia Tenggara, semuanya jelas bersifat militeristis.

Akhir Bulan Madu Nippon

Denagn demikian tidak heran apabila dalam waktu yang singkat “bulan madu” antara balatentara Dai Nippon dengan jutaan rakyat Indonesia meredup, dan kemudian berakhir. Selanjutnya yang terjadi adalah bentuk penjajahan baru oleh sesama bangsa Asia. Aspirasi nasionalisme bangsa Indonesia untuk meraih kemerdekaan mutlak dan telah dirintis sejak masa penjajahan Belanda, tidak lagi dapat memperoleh tempat. Padahal awal sewaktu Jepang memasuki Indonesia, rakyat Indonesia pada umumnya menyambut dengan sorai gembira, mengelu-elukan apa yang mereka kira dalam benaknya akan menjadi “pembebas”.
Jepang-Menjajah-indonesia-35th


Jepang pada awalnya dan dalam usaha memperoleh dukungan rakyat negeri-negeri Asia Tenggara yang mereka serbu, selalu mengetengahkan slogan “Asia untuk bangsa Asia sendiri”, yang artinya bangsa Barat sebagai penjajah haruslah enyah dari Asia. Untuk itu jepang jugalah yang mempelopori pengusiran para penjajah Barat dengan meletupkan perang Asia Timur Raya. Namun slogan itu pun seolah dapat diartikan juga bahwa penjajahan terhadap bangsa Asia sebaiknya dilakukan oleh sesama bangsa Asia. Penjajah tersebut adalah Jepang sebagai bangsa Asia termaju yang memiliki aspirasi untuk berekspansi.
Jepang-Menjajah-indonesia-35th


Cara menjajah yang terbilang keras bahkan kejam dalam sistem pemerintahan militer, segera dirasakan oleh jutaan rakyat Indonesia, terutama mereka yang berada di luar Jawa. AL Jepang atau Kaigun yang tidak punya “pengetahuan dan pengalaman teritorial” seperti AD (yang pernah berkuasa atau memerintah di Formosa dan Manchuria), sikapnya cenderung lebih keras dalam menguasai rakyat. Karena itu tak mengherankan bila acap kali terjadi kekejaman dan pembunuhan massal yang dilakukan oleh Kaigun, seperti yang terjadi di tanah Kalimantan dan wilayah lain di Indonesia Timur. Siapa pun baik perorangan ataupun kelompok yang dicurigai bersikap anti terhadap Jepang, langsung ditangkap oleh polisi militer AL yang disebut juga dengan Tokkeitai. Dalam soal kekejaman, mereka ini sering dianggap lebih brutal daripada Kempeitai, polisi militer AD yang amat ditakuti orang. Misalkan saja metahuan menyembunyikan pesawat radio, berarti hukuman berat termasuk juga mati.

Rakyat Indonesia Mulai Kelaparan

Karena menurut jepang kala itu Jawa dianggap lebih maju dan potensial daripada daerah-daerah lain, maka sikap Jepang di Jawa “lebih modest” sekalipun tetap saja mereka menerapkan kekuasaannya dengan prilaku yang keras. Bangunan ekonomi dan perdagangan tinggalan pada masa Belanda hancur, baik perkebunan, industri, maupun niaga. Kekurangan sandang dan pangan tergambar mewarnai kehidupan sehari-hari rakyat tanah Jawa, sehingga tak jarang berbagai jenis tumbuhan atau  hewan yang terbilang tidak lazim untuk dikonsumsi terpaksa dimakan, seperti bekicot dan daun-daunan. Pemerintah pendudukan Jepang selalu mendorong dan memaksakan terhadap peningkatan hasil pertanian makanan di Jawa, karena hasilnya sebagian besar untuk disetorkan guna mendukung upaya perangnya. Tak heran penduduk Jawa yang masa itu sekitar 50 juta jiwa, banyak yang kelaparan. Tubuh orang-orang yang mati kelaparan, acap kali ditemukan tergeletak di pinggir jalan.

Jepang-Menjajah-indonesia-35th


Sebuah tulisan yang tertulis di Djawa Baroe pads 15 Maret 1944 menjelaskan days upaya untuk melipat gandakan jumlah hasil pangan di Jawa yang hasilnya wajib diserahkan kepada Jepang.
“….berarti segala ichtiar dan tindakan jang sampai hari ini diambil oleh Goenseikanboe diperkokoh dan diperloeas. faitoe, misalnya tentang pengoempoelanpadi, atas kekoeasaan dan pertanggoengan djawab Sjoetjokan mengandjoerkan setjara koeat serta menggiatkan penjerahan padi. Dengan demikian diatoer perimbangan diantara keboetoehan Balatentara dengan keboetoehan dalam negeri.”
Pengumpulan padi atau bahan pangan lainya diawasi dan dilakukan oleh organisasi yang dibentuk di beragai pelosok daerah yang dinamakan “Syokuryo Hanso Tai Shin Tai” atau barisan pelopor untuk pengangkutan bahan pangan. Tentu saja pengangkutan-pengangkutan ini mengarah ke gudang pangan  Balatentara Nippon.

Penderitaan yang diakibatkan kurangnya bahan pangan ini, tentu berdampak terhadap kondisi kesehatan, sehingga penyakit-penyakit seperti busung lapar, beri-beri, dan berbagai penyakit lainnya akibat dari kekurangan gizi berkembang di tengah rakyat tanah jawa. Angka kematian pun meningkat. Rakyat mulai membenci tentara Jepang karena penderitaan ini, tetapi mereka tidak mampu berbuat apa pun karena sangat ketat dan kerasnya pengawasan serta tindakan dari Jepang dengan Kempeitai-nya. Sekalipun demikian, pernah terjadi beberapa aksi protes dan pemberontakan lokal akibat kewajiban menyerahkan hasil panenan yang diperuntukan kepada penguasa pendudukan Jepang. Misalnya saja yang terjadi di daerah Pekalongan dan Singaparna, yang lalu dipadamkan oleh balatentara Jepang dengan kejam sehingga banyak petani yang terbunuh.

Banyak hal lain yang dilakukan pemerintah pendudukan Jepang, namun semua itu akhirnya tertuju demi kepentingan perangnya sendiri. Mulai dari pembentukan Tonari-gumi atau Rukun Tetangga, usaha meningkatkan produksi pangan, obat-obatan, ban kendaraan, pengumpulan terhadap buah jarak, sekolah bidang pelayaran, sekolah bidang pertukangan, latihan kemiliteran untuk para pemuda,  pembentukan Heiho, dan tentara Pembela Tanah Air atau yang sering disebut (PETA), hingga pembentukan Djawa Hookoo Kai atau Himpunan Kebaktian Rakyat (Jawa). Himpunan ini tidak lain dan tidak bukan tujuannya adalah memobilisasi potensi segala lapisan dan golongan masyarakat guna mendukung tercapainya “kemenangan akhir” dalam upaya penaklukan yang dilakukan jepang.

Post a Comment

0 Comments
* Mohon Jangan Spam Disini. Semua Komentar ditinjau oleh Admin

News

iklan banner